Memuat...

BMBPSDM Kementerian Agama RI

Memuat halaman...

Layanan Disabilitas

Ukuran Teks

Kontras

Pembaca Teks

Berita

Di Hadapan Mahasiswa Lintas Agama, Kaban Dhani Serukan Pesan Moderasi Beragama

Arief Rahman Hakim

Penulis

Sabtu, 15 November 2025
Di Hadapan Mahasiswa Lintas Agama, Kaban Dhani Serukan Pesan Moderasi Beragama
Kepala BMBPSDM, Muhammad Ali Ramdhani, pada kegiatan Penguatan Moderasi Beragama di Banjarbaru, Sabtu (15/11/2025).

 

Banjarbaru (BMBPSDM)---Penguatan moderasi beragama kembali ditegaskan sebagai fondasi penting dalam menjaga kerukunan bangsa di tengah keberagaman Indonesia. Di hadapan puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani, menyampaikan esensi moderasi beragama.

Menurut Kaban Dhani, Moderasi beragama bukanlah ajaran baru melainkan sikap hidup yang harus diinternalisasi oleh setiap individu. Semua agama pada hakikatnya telah mengajarkan kebajikan dan kedamaian.

“Yang perlu dimoderasi bukanlah ajaran agama itu sendiri, melainkan sikap manusia dalam menghadapi perbedaan. Perbedaan adalah keniscayaan yang justru menghadirkan keindahan, ibarat mozaik yang indah karena warna-warni yang beragam atau masakan yang lezat karena kaya rasa,” ujarnya di Banjarbaru, Sabtu (15/11/2025).

Kegiatan yang diikuti puluhan ASN Balai Diklat Keagamaan Banjarmasin dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi lintas agama—Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha—tersebut menunjukkan bahwa moderasi beragama bukan sekadar wacana, melainkan praktik kebersamaan yang dapat dihadirkan secara nyata dan dijalankan bersama dalam ruang kebersamaan.

Kepada puluhan mahasiswa, Kaban Dhani mengingatkan bahwa bangsa Indonesia dibangun di atas pluralitas: ribuan pulau, ratusan suku bangsa, ratusan bahasa, serta beragam agama dan denominasi.

Menurutnya, pluralitas ini bukan ancaman, melainkan kekayaan yang harus dinikmati. Mengutip pesan Sayyidina Ali, yang menekankan bahwa bagi mereka yang bukan saudara seiman, tetaplah saudara dalam kemanusiaan.

“Prinsip ini menjadi fondasi sikap inklusif yang relevan bagi kehidupan berbangsa,” ucap Kaban Dhani.

Lebih jauh, Kaban Dhani mengaitkan moderasi beragama dengan visi Indonesia Emas 2045. Lembaga internasional memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia peringkat lima hingga tujuh. Namun capaian ini hanya mungkin terwujud apabila kerukunan antarumat beragama tetap terjaga.

“Belajar dari pengalaman negara lain, konflik internal berbasis identitas dapat menghancurkan fondasi pembangunan yang telah dibangun dengan susah payah,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Kaban Dhani mengajak para peserta untuk kembali memahami hakikat manusia. Dari beberapa perspektif, dalam Islam manusia disebut al-insān hayawān nāṭiq, makhluk berakal; René Descartes menyatakan cogito, ergo sum, aku berpikir maka aku ada.

“Aristoteles menekankan bahwa manusia adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Identitas manusia, menurut beliau, dibentuk oleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Kebiasaan yang konsisten menjadi cermin jati diri seseorang,” sambungnya.

Untuk menginternalisasi moderasi beragama, Kaban Dhani memperkenalkan kerangka 3H: Head, Heart, Hand. Moderasi beragama harus menyentuh pemikiran rasional, menghayati nilai spiritual, dan diwujudkan dalam tindakan nyata.

“Dengan menyatukan akal, hati, dan perbuatan, moderasi beragama tidak berhenti pada wacana, tetapi menjadi sikap hidup yang tampak dalam perilaku sehari-hari,” pesannya.

Pesan tersebut juga menegaskan bahwa moderasi beragama adalah fondasi kerukunan bangsa dan harus dihayati sebagai sikap hidup oleh ASN, mahasiswa, dan seluruh masyarakat. Dengan menjadikannya identitas kolektif, Indonesia diyakini mampu menjaga persatuan dan menapaki jalan menuju cita-cita besar sebagai salah satu kekuatan dunia pada 2045.

 

 

 


Editor: Barjah

Fotografer: -