Memuat...

BMBPSDM Kementerian Agama RI

Memuat halaman...

Layanan Disabilitas

Ukuran Teks

Kontras

Pembaca Teks

Berita

Resonansi Dua Samudera: Membumikan Pemikiran Gus Dur dan Ikeda untuk Indonesia yang Harmonis

Senin, 13 Oktober 2025
Resonansi Dua Samudera: Membumikan Pemikiran Gus Dur dan Ikeda untuk Indonesia yang Harmonis
Moderasi Beragama sebagai Aktualisasi Pemikiran Gus Dur Membangun Peradaban”, dalam bedah buku “Oase Gus Dur: Menyelami Pemikiran, Kearifan, dan Keteladanan Sang Guru Bangsa di Makara Art Center Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Senin (13/10/2025).

Depok (BMBPSDM)---Pemikiran dan keteladanan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hadir sebagai mercusuar yang relevan dan visioner. Gus Dur tidak sekadar memahami moderasi sebagai sikap inklusif, melainkan sebagai sebuah proyek peradaban yang aktif dan transformatif. 

 

Melalui konsep-konsep seperti "pribumisasi Islam", "kosmopolitanisme keindonesiaan", dan "teologi kerakyatan", Gus Dur menawarkan paradigma beragama yang kontekstual, inklusif, dan berorientasi pada keadilan sosial. 

 

Perjuangannya membela hak-hak kelompok minoritas, komitmennya pada demokrasi, dan konsistensinya menegakkan pluralisme bukanlah sekadar kebijakan politis, melainkan manifestasi dari visi peradaban yang manusiawi dan beradab.

 

Berkenaan dengan hal ini, Kementerian Agama melalui Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) bekerja sama dengan Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities (AWCPH) Universitas Indonesia telah menyelenggarakan kegiatan dengan tema “Moderasi Beragama sebagai Aktualisasi Pemikiran Gus Dur Membangun Peradaban”, melalui kegiatan bedah buku dengan judul “Oase Gus Dur: Menyelami Pemikiran, Kearifan, dan Keteladanan Sang Guru Bangsa”.

 

 

 

Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji moderasi beragama dalam kerangka aktualisasi pemikiran Gus Dur dalam membangun peradaban. Fokus kajian ini adalah mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip moderasi beragama menemukan bentuk operasionalnya dalam pemikiran Gus Dur, dan bagaimana aktualisasinya dapat berkontribusi pada pembangunan peradaban Indonesia yang majemuk dan berkelanjutan.

 

Kepala BMBPSDM Kementerian Agama RI, Prof. Dr. M. Ali Ramdhani, M.T., menyambut baik kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Pameran Dialog Peradaban Tahun 2025” dalam rangka memperingati 15 tahun terbitnya buku “Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian”.  

 

Kaban Dhani menyebutnya sebagai langkah nyata dalam amplifikasi moderasi beragama yang menjadi core business di BMBPSDM. Lebih jauh, Kaban Dhani melihat dalam buku yang dibedah ini sejatinya menjadi sangat penting untuk meneladani dua pemikiran besar dari Gus Dur dan Ikeda yang menjadi jembatan toleransi dan kemoderatan dalam aksi nyata. Dari dua pemikiran besar ini dapat dipahami bahwa toleransi tidaklah elitis dan dapat menampak dalam pelbagai wajah humanis. 

 

“Kita tidak boleh melihat ukuran, karena sekecil apa pun langkah toleransi dan kemoderatan, seperti dalam rupa persahabatan, akan berdampak besar mempengaruhi banyak hal karena melampaui sekat-sekat budaya, bangsa, bahkan agama,”  ujar Kaban Dhani saat memberikan arahannya di Makara Art Center Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Senin (13/10/2025).

 

Secara khusus, Kaban Dhani mengapresiasi upaya penulis, Prof. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag (Mas Inung), yang telah berupaya untuk memperpendek jarak pemikiran “Sang Guru Bangsa” yang eklektif dengan pembaca dalam rangka memperluas resonansi nilai-nilai toleransi aktif, kemanusiaan, keadilan, pluralisma, pendidikan, dan kearifan lokal yang sangat penting dalam fakta keragaman di Indonesia, yang modern secara material sekaligus moderat secara spiritual dan kultural.

 

 

 

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Mangnguluang Mansur, M.Si, mengapresiasi kegiatan yang menjadi ruang perjumpaan nilai dan peradaban antara Indonesia melalui sosok Gus Dur dengan Ikeda, yang merupakan pejuang perdamaian dan kemanusiaan dengan mengkampanyekan kasih sayang dari Jepang. 

 

“Dua pemikiran tokoh besar yang menekankan pada kemanusiaan ini sangat penting bagi Kota Depok yang heterogen. Depok tidak hanya harus maju dengan potensi akademik yang ada, tetapi janganlah meninggalkan nilai-nilai keadilan dan keadaban,” tegasnya.

 

Lebih jauh, Mansur melihat peran penting nilai-nilai universal tersebut dalam menatap harapan Indonesia Emas 2045 yang menjunjung kebhinekaan, dengan tidak melihatnya sebagai sekat perbedaan melainkan jembatan.

 

Kegiatan penting ini diikuti bukan hanya oleh para narasumber kompeten seperti Alissa Wahid (Jaringan Gusdurian), Dr. Zastro Al Ngatawi (Direktur Kebudayaan Universitas Indonesia), Prof. Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D. (AWCPH UI), dan Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag (Sekretaris BMBPSDM Kemenag), tetapi juga, mahasiswa, akademisi, santri, pelajar, tokoh agama, tokoh masyarakat, aktivis organisasi kepemudaan dan masyarakat umum.

   

 

 


Editor: Barjah dan Abas

Fotografer: -