Memuat...

BMBPSDM Kementerian Agama RI

Memuat halaman...

Layanan Disabilitas

Ukuran Teks

Kontras

Pembaca Teks

Berita

Implementasikan Moderasi Beragama di Kampus, BMBPSDM Gandeng Universitas Ahmad Dahlan

Rabu, 08 Oktober 2025
Implementasikan Moderasi Beragama di Kampus, BMBPSDM Gandeng Universitas Ahmad Dahlan
Focus Group Discussion (FGD) untuk mengimplementasikan Moderasi Beragama di perguruan tinggi, Yogyakarta (8/10/2025).

Yogyakarta (BMBPSDM)---Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama melalui Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Pustrajak Penda) kembali menginisiasi Focus Group Discussion (FGD) untuk mengimplementasikan Moderasi Beragama di perguruan tinggi. Kali ini menggandeng Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Sekretaris BMBPSDM Kemenag Ahmad Zainul Hamdi yang hadir mewakili Kepala Pustrajak Penda Rohmat Mulyana Sapdi didaulat membuka resmi FGD. Dalam giat bertema Strategi Implementasi Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi ini, Sesban Inung mengajak para peserta forum untuk berdiskusi terbuka dan tidak terlalu kaku.

“Saya ingin forum ini forum yang nyantai saja, jangan terlalu serius seperti Muhammadiyah,” selorohnya disambut tawa peserta FGD yang digelar di kampus 4 UAD Yogyakarta, Rabu (8/10/2025).

Dalam sambutannya yang bernada santai namun bernas, Prof Inung mengatakan bahwa kegiatan yang diinisiasi oleh Pustrajak Penda BMBPSDM ini merupakan bagian dari upaya memperkuat jejaring akademik dalam pengarusutamaan moderasi beragama di lingkungan kampus.

Meski dibuka dengan suasana ringan, Prof Inung menegaskan pentingnya memposisikan moderasi beragama sebagai diskursus ilmiah yang kontekstual. Ia menyinggung pandangan filsuf Michel Foucault bahwa tidak ada satu wacana pun yang berdiri di luar konteksnya.

“Begitu pula moderasi beragama. Ia adalah diskursus yang harus selalu dibaca dalam konteks sosial, politik, dan kebudayaan kita sendiri,” ungkapnya.

Prof. Inung juga menyinggung sejarah munculnya istilah moderasi beragama di Indonesia, yang menurutnya merupakan hasil refleksi panjang dari pendekatan deradikalisasi yang dinilai terlalu keras.

“Dulu, istilah yang dominan adalah deradikalisasi. Tapi kemudian muncul kesadaran bahwa melawan radikalisme dengan cara radikal juga bukan solusi. Maka lahirlah istilah moderasi, yang lebih menekankan keseimbangan dan kemanusiaan,” jelasnya.

 

Kontribusi Muhammadiyah

Lebih jauh, ia mengapresiasi kontribusi perguruan tinggi, termasuk kampus-kampus Muhammadiyah, dalam memperkuat moderasi beragama.

“Saya sangat senang bisa berdialog dengan teman-teman dari Muhammadiyah. Selama ini mungkin belum banyak berinteraksi, tapi saya yakin Muhammadiyah punya kontribusi besar dalam membumikan nilai-nilai moderasi,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Inung juga menyinggung dimensi intelektual dalam spiritualitas Islam dengan mencontohkan karya klasik Imam al-Ghazali, Alkimia al-Sa‘adah (The Alchemy of Happiness), yang menurutnya menggambarkan pencarian keseimbangan antara ilmu dan kebahagiaan batin.

“Kalau Imam al-Ghazali menyebutnya alkimia al-sa‘adah, itu sebenarnya versi ringkas dari Ihya’ Ulumuddin. Bahkan kitab ini pernah diterjemahkan ke Indonesia oleh Gus Mus. Ini menunjukkan bahwa spiritualitas Islam sangat kaya dan ilmiah,” ujarnya.

FGD yang diselenggarakan di kampus UAD ini menghadirkan sejumlah narasumber. Yakni, Prof Dr Siswanto Masruri (Kaprodi S3 Studi Islam), Prof Dr Inayah Rohmaniyah (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga), Dr Nur Kholis (Wakil Rektor Universitas Ahmad Dahlan), Prof Ema Marhumah (Guru Besar UIN UIN Sunan Kalijaga), dan Dr Khoiruddin Bashori (Dosen UAD).

Diskusi yang berlangsung seru itu dimoderatori Dr Yoyo MA (Wadek II FAI UAD). Hadir juga para mahasiswa S3, akademisi, peneliti, dan dosen dari UAD. Mereka mendiskusikan strategi konkret penerapan moderasi beragama di lingkungan akademik, mulai dari kurikulum, riset, hingga kegiatan kemahasiswaan.

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian program Pustrajak Penda BMBPSDM dalam merancang peta jalan penguatan moderasi beragama di perguruan tinggi untuk periode 2025–2029.

(Ova)

 


Editor: Dewi Ayu Indah Diantiningrum

Fotografer: Ali Musthofa Asrori