Berita
Bukan Sekadar Ilmu, Inilah Cara Nyata Mengajarkan Cinta!
Penulis
Ciputat (BMBPSDM)---Cinta menjadi topik sentral dalam kegiatan Sarasehan Nasional Training of Facilitator (TOF) Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) angkatan pertama yang diselenggarakan Pusbangkom SDM, Pendidikan, dan Keagamaan di Ciputat, Senin (25/8/2025). Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, termasuk Presiden Direktur Mizan Group, Haidar Bagir, dan Project Officer Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Sri Widuri.
Keduanya memberikan pandangan tentang bagaimana pendidikan dan nilai-nilai cinta harus tertanam dalam proses pembelajaran dan budaya sekolah, bukan hanya sekadar pengetahuan teoritis.
Haidar Bagir menegaskan dalam mengajarkan cinta tidak dapat dilakukan dengan cara mengajarkan pengetahuan. Mengajarkan cinta harus dengan pengalaman dan dengan menimbulkan rasa cinta karena cinta menyatu dengan diri.
“Jangan pernah berpikir bahwa mengajarkan cinta itu cukup seperti mengajarkan objek di luar kita seperti matematika di kelas. Kalau cinta yang objeknya imanen, di dalam diri kita, dia menyatu sama diri kita,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan instruksi di kelas yang bersifat kognitif tidak akan menghasilkan cinta. Hal itu hanya akan menghasilkan ilmu tentang cinta. Budaya yang penuh cinta di lingkungan belajar perlu dibangun.

”Kalau kita ingin mengajarkan cinta, caranya dengan mengembangkan budaya sekolah yang penuh cinta, anti-bullying, kecintaan kepada anak-anak special needs, hubungan di antara guru dan siswa, hubungan di antara karyawan dan siswa, kemudian community reach,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Sri Widuri menyampaikan apresiasinya terhadap KBC yang sangat relevan untuk menguatkan pendidikan karakter yang selama ini belum menjadi prioritas utama. INOVASI memandang KBC cukup revolusioner dan paling fundamental.
”Kami bersyukur sekali bahwa Pak Menteri menggagas KBC sebagai salah satu upaya menguatkan values-based education yang akhirnya insyaallah nantinya dapat terwujud pola pikir dan perilaku anak-anak kita yang sesuai dengan yang dimandatkan dalam Pancasila,” jelasnya.
Ia menambahkan, implementasi KBC juga perlu melibatkan semua aktor pendidikan termasuk orang tua sehingga keselarasan berpikir dan berperilaku dapat tercipta. ”Membangun karakter berbasis Pancasila di sekolah tetapi di rumahnya berbeda, akan timbul kebingungan dari anak-anak,” katanya.
Sarasehan Nasional Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) ini menjadi momentum penting untuk mendorong revolusi pendidikan di Indonesia yang tidak hanya berbasis pengajaran kognitif, tapi juga harus mengungkit nilai-nilai afektif.
Editor: Abas
Fotografer: -
Terkini
MOOC Pintar Lampaui Target Nasional: 1.304.546 Peserta Telah Belajar Sepanjang 2025
16 Nov 2025
Berita
Menjaga Indonesia dengan Jiwa Moderat
16 Nov 2025
Opini
Kemenag RI Buka Pelatihan Ekoteologi 2025: Wujudkan ASN Peduli Bumi dengan Perspektif Keagamaan
16 Nov 2025
Pengumuman
Ekoteologi Jadi Kerangka Baru Pelestarian Lingkungan Berbasis Nilai Keagamaan
15 Nov 2025
Berita
Victor Rembeth: Kolaborasi Lintas Agama Penting dalam Penanggulangan Bencana
15 Nov 2025
Berita
Berita Lainnya
MOOC Pintar Lampaui Target Nasional: 1.304.546 Peserta Telah Belajar Sepanjang 2025
16 Nov 2025
Ekoteologi Jadi Kerangka Baru Pelestarian Lingkungan Berbasis Nilai Keagamaan
15 Nov 2025
oleh Bayu Muhardianto
Victor Rembeth: Kolaborasi Lintas Agama Penting dalam Penanggulangan Bencana
15 Nov 2025
oleh Bayu Muhardianto
Di Hadapan Mahasiswa Lintas Agama, Kaban Dhani Serukan Pesan Moderasi Beragama
15 Nov 2025
Kolaborasi Pusbangkom, IZI, dan LSP Kemenag Wujudkan Lembaga Zakat yang Akuntabel
14 Nov 2025
oleh Yanti Mentari