Loading...

Memuat halaman...

Berita

Percepat Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta, BMBPSDM Gelar Pra-Pelatihan Fasilitator

Rina

Penulis

Jumat, 08 Agustus 2025
Percepat Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta, BMBPSDM Gelar Pra-Pelatihan Fasilitator
Kepala BMBPSDM, Muhammad Ali Ramdhani, pada kegiatan Pra-Pelatihan Fasilitator Training of Facilitator di Peacesantren Welas Asih, Garut, Jumat (8/8/2025).

Garut (BMBPSDM)---Kementerian Agama mempercepat implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dengan menggelar Pra-Pelatihan Fasilitator Training of Facilitator (ToF) pada 7–10 Agustus 2025 di Peacesantren Welas Asih, Garut, Jawa Barat.

 

Menurut Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM), Muhammad Ali Ramdhani, kegiatan ini merupakan bagian dari skema penyiapan sumber daya manusia yang memahami konsep dan implementasi KBC secara tepat.

 

"Ini menjadi langkah awal dalam merancang model pelatihan dan menyiapkan fasilitator KBC,” ujar Kaban Dhani di Garut, Jumat (8/8/2025).

 

Kaban Dhani juga menambahkan, selain sebagai fondasi, kegiatan ini juga menjadi bekal, penyamaan persepsi, dan perumusan strategi komunikasi yang efektif guna menginternalisasi nilai-nilai cinta dalam pendidikan, khususnya di madrasah.

 

Pada kesempatan tersebut, Kaban Dhani juga menyampaikan refleksi mendalam mengenai makna cinta sejati. Menurutnya, cinta murni adalah cinta tanpa pamrih yang berlangsung sepanjang masa, seperti cinta seorang ibu kepada anaknya yang lahir melalui lima air kehidupan, yaitu: air ketuban, air darah, air susu ibu, air keringat, dan air mata.

 

"Cinta seperti inilah yang ingin kita hadirkan dalam dunia pendidikan. Cinta yang utuh, menyentuh, dan membentuk karakter," tegasnya.

 

 

Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi SDM Pendidikan dan Keagamaan, Mastuki, menegaskan bahwa desain pelatihan yang sedang dirancang harus dekat dengan realitas di madrasah dan sekolah secara otentik.

 

"KBC memiliki filosofi yang mendalam. Ini bukan sekadar pelatihan biasa. Amanat Menteri Agama Nasaruddin Umar sangat jelas. Spirit cinta harus hidup dan menyatu dalam keseharian di lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat,” terangnya.

 

Mastuki juga menekankan pentingnya dalam Pra-ToF ini, khususnya dengan tokoh, personal, dan lembaga yang memiliki rekam jejak otoritatif dalam praktik pendidikan karakter berbasis cinta.

 

“Kegiatan ini menjadi ruang awal untuk membangun paradigma baru pendidikan yang lebih manusiawi dan membumi, berlandaskan pada nilai cinta yang menyembuhkan, membimbing, dan memanusiakan,” tuturnya.

 

Pra-ToF ini merupakan sinergi dan kerja sama Kementerian Agama dengan INOVASI, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), serta Peacesantren Welas Asih, Garut.


Editor: Barjah

Fotografer: Humas Ditjen Pendis