Loading...

Memuat halaman...

Berita

Bukan Sekadar Mata Pelajaran, Ternyata Ini Pentingnya Kurikulum Berbasis Cinta!

Senin, 08 September 2025
Bukan Sekadar Mata Pelajaran, Ternyata Ini Pentingnya Kurikulum Berbasis Cinta!
Dialog dari Hati: Kurikulum Berbasis Cinta, di Ciputat, Minggu malam (7/9/2025).

Ciputat (BMBPSDM)---Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang digagas Kementerian Agama (Kemenag) disebut sebagai upaya mewujudkan lima dimensi religiusitas di lingkungan pendidikan keagamaan di Indonesia.

 

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Nyayu Khodijah, menjelaskan lima dimensi tersebut meliputi keimanan, pengetahuan, penghayatan, peribadatan, dan pengamalan.

 

"Selama ini yang kita lihat guru agama kita dari kelima hal ini yang masih sedikit sekali tersentuh adalah aspek penghayatan," ujar Nyayu dalam Dialog dari Hati: Kurikulum Berbasis Cinta, di Ciputat, Minggu malam (7/9/2025).

 

Menurut Nyayu, dimensi penghayatan sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Tidak optimalnya pendalaman aspek ini menyebabkan pembelajaran agama belum berhasil secara maksimal. "Nah, KBC ini fokusnya ke semua dimensi," ungkapnya.

 

Ditinjau dari Taksonomi Bloom, Nyayu menilai kurikulum nasional saat ini masih terbatas pada aspek kognitif. 

 

Nyayu mengungkapkan KBC sampai pada aspek afektif yang selama ini banyak belum tersentuh.

 

 

 

"Kegagalan dunia pendidikan itu karena memang tidak menyentuh aspek afektif. Padahal itu aspek yang sangat penting."

 

Sementara itu, Presiden Direktur Mizan Group, Haidar Bagir, mengungkapkan inisiatif Kemenag memperkenalkan KBC akan menciptakan revolusi yang luar biasa.

 

Haidar mengingatkan bahwa cinta bukan persoalan kognitif, melainkan afektif. Cinta bukan benda material, bahkan bukan sekadar pengetahuan kognitif. “Cinta adalah pengalaman, yang hanya bisa dialami dengan rasa,” ungkapnya.

 

Untuk mengetahui cinta, lanjut Haidar, seseorang harus merasakan cinta itu sendiri. Karenanya, dalam mengimplementasikan cinta dalam pendidikan perlu adanya keteladanan oleh semua pihak.

 

Dalam aspek teknis kurikulum, menurut Haidar, perlu menggunakan project-based learning yang menggabungkan beragam pengalaman belajar.

 

“Itulah cara yang paling tepat dalam mengajarkan persoalan cinta. Jadi, cinta bukanlah mata pelajaran khusus, melainkan harus merembes ke seluruh aspek pendidikan,” jelasnya.

 


Editor: Abas

Fotografer: Cut Soraya Dewi