Loading...

Memuat halaman...

Berita

Kurikulum Berbasis Cinta: Jembatan Ilahiah Menuju Insan yang Sejati

Senin, 08 September 2025
Kurikulum Berbasis Cinta: Jembatan Ilahiah Menuju Insan yang Sejati
Dialog dari Hati: Kurikulum Berbasis Cinta di Ciputat, Minggu malam (7/9/2025).

Ciputat (BMBPSDM)---Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang digagas Kementerian Agama (Kemenag) terus digaungkan sebagai upaya menanamkan nilai kasih sayang di lingkungan pendidikan keagamaan di Indonesia.

 

Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kemenag RI, Muhammad Ali Ramdhani, menegaskan bahwa pendidikan berbasis cinta harus menerapkan prinsip afirmasi positif dalam implementasinya.

 

“Proses pendidikan kita yang berbasis cinta itu tidak boleh marah kecuali ramah. Tidak boleh membidik kecuali mendidik. Jangan menghina kecuali membina. Jangan menghajar kecuali mengajar, dan selalu merangkul bukan memukul,” ujar Kang Dhani --sapaan akrabnya-- dalam Dialog dari Hati: Kurikulum Berbasis Cinta di Ciputat, Minggu malam (7/9/2025).

 

Kang Dhani menjelaskan, pemahaman cinta, termasuk dalam implementasi pendidikan, harus dilakukan secara proporsional. Ia mengingatkan adanya batasan yang perlu ditaati dalam penerapannya pada berbagai aspek kehidupan.

 

Menurutnya, cinta harus berlandaskan nilai ilahi. Hal ini karena cinta merupakan jembatan manusia dengan ajaran-ajaran ketuhanan. “Ini adalah cara yang secara proporsional menempatkan cinta pada ruang-ruang ilahiah. Tidak kemudian dia menafikan nilai-nilai kebenaran,” ungkapnya.

 

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Keagamaan (Pusbangkom SDM-PK) BMBPSDM Kemenag RI, Mastuki, menyampaikan bahwa pendidikan diibaratkan wadah untuk menerangi anak didik agar mampu menjadi cahaya dalam kegelapan.

 

"Kurikulum cinta fokus pada pengajaran nilai-nilai cinta, empati, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari," ujar Mastuki.

 

 

 

Mastuki juga mengutip pesan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar yang menekankan pentingnya spirit cinta yang menyatu dalam keseharian di lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Cinta, lanjut Mastuki, bukan sekadar mata pelajaran, melainkan pembudayaan dan pembelajaran yang hidup. 

 

"Kepada guru dan pendidik, Menag berpesan mengajarkan KBC itu adalah proses pembatinan, spiritualization of subject," ungkapnya.

 

Menurut Mastuki, KBC tidak hanya mengajarkan siswa untuk mencintai diri sendiri, tetapi juga menghargai, memahami, dan menyayangi orang lain tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, atau golongan.

 

"Ibarat benih, cinta tak hanya ditanam lalu dibiarkan, ia perlu dirawat, disiram, dan dipupuk dengan sepenuh cinta, disiangi dari kemungkinan hama yang menyerang," katanya.

 

Ia menambahkan, konsep dialog dari hati dalam kegiatan tersebut mengandung makna, filosofi, dan nilai cinta dalam pembelajaran. Dialog ini diharapkan menghadirkan suasana indah penuh cinta yang dapat dirasakan, meresonansi ke berbagai penjuru, dan dinikmati para pencari cinta.

 

"Semoga forum ini membawa berkah, menginspirasi para tamu undangan, dan memberikan bekal penuh makna kepada para peserta," ungkapnya.

 

 


Editor: Abas

Fotografer: Cut Soraya Dewi