Opini
Jejak Sunyi Amir Hamzah dan Runtuhnya Kesultanan Langkat
Penulis

Oleh Rizky Riyadu Taufiq
Kepala Bagian Umum, Perpustakaan, dan BMN
Sekretariat BMBPSDM Kementerian Agama
Saya sengaja mampir dan berfoto di sisa-sisa Gerbang Istana Kesultanan Melayu Langkat, Sumatra Utara, yang kini berada di area MAN 2 Langkat. Gerbang tua ini menjadi saksi bisu dari peristiwa tragis Revolusi Sosial Sumatera Timur yang terjadi pada Maret 1946.
Salah satu tokoh yang menjadi korban dalam peristiwa kelam itu adalah Tengku Amir Hamzah. Ia bukan hanya sastrawan besar dan pahlawan nasional, tetapi juga perwakilan pemerintah Republik Indonesia di Sumatra Timur. Ironisnya, sosok yang setia memperjuangkan kemerdekaan itu justru tewas di tangan rakyatnya sendiri, dalam revolusi yang mengatasnamakan perlawanan terhadap sistem feodalisme.
Kesultanan Langkat menjadi salah satu dari banyak kesultanan yang diserbu dan dihancurkan oleh kelompok yang mengusung Revolusi Sosial. Keluarga bangsawan Langkat ditangkap, dipenjara, dan kemudian dieksekusi dengan kejam, atas nama rakyat. Padahal, tidak banyak yang tahu bahwa Kesultanan Langkat adalah salah satu pihak yang sejak awal mendukung kemerdekaan Indonesia. Kesultanan ini bahkan turut menyumbangkan aset dan dukungan untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di Sumatra.
Sebagai Wali Sultan Langkat, Tengku Amir Hamzah berperan aktif membangun struktur pemerintahan Republik Indonesia di Sumatra bersama Teuku Muhammad Hasan dari Aceh. Ia menggalang dukungan dari berbagai kesultanan Melayu untuk menjaga kedaulatan negara, termasuk merintis pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Sumatera, sebagai upaya pertahanan dari ancaman Belanda pasca-Proklamasi Kemerdekaan.
Namun sejarah sering kali berbalik arah. Revolusi yang mulanya bertujuan untuk membebaskan rakyat, justru memakan anak kandungnya sendiri. Kelompok komunis dan sosialis yang menunggangi revolusi itu mulai mengganyang siapa pun yang dianggap tidak sejalan. Tengku Amir Hamzah, Pangeran Indra Putra Kesultanan Langkat, menjadi salah satu korbannya. Ia diculik dan dipancung bersama keluarga bangsawan lainnya, oleh mereka yang mengatasnamakan Revolusi.
Tengku Amir Hamzah dikenal sebagai sastrawan besar dari generasi Pujangga Baru, pencipta puisi dan sajak-sajak Melayu yang abadi. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi. Tragis, sosok pahlawan dan penyair ini harus meregang nyawa di tangan bangsanya sendiri.
Dalam salah satu syairnya, seolah Amir Hamzah telah menuliskan takdirnya sendiri:
Wahai Maut, Datanglah Engkau
Lepaskan Aku dari Nestapa
Padamu lagi tempatku berpaut
Di saat ini Gelap Gulita
Al-Fatihah untuk Amir Hamzah dan semua pejuang yang telah berkorban demi Indonesia, namun justru menjadi korban dari Revolusi yang tak lagi mengenal siapa kawan, siapa lawan.
Editor: Dewi Ayu Indah Diantiningrum
Fotografer: -
Terkini

Dari Kota Mangga, Terungkap Pesan Kuat Toleransi dan Moderasi Beragama
28 Sep 2025
Berita

40.806 Peserta Ikuti Pelatihan Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja Perspektif Islam di MOOC Pintar
26 Sep 2025
Berita

Standar yang Memerdekakan: Membangun Keotentikan ASN melalui Regulasi Pembelajaran yang Fleksibel
25 Sep 2025
Opini

Masuk Tahap Uji Publik, BMBPSDM Kawal Penyusunan Buku Ekoteologi
25 Sep 2025
Berita

Saat Prestasi Menjadi Mata Uang Baru di Kementerian Agama
25 Sep 2025
Opini
Opini Lainnya

Standar yang Memerdekakan: Membangun Keotentikan ASN melalui Regulasi Pembelajaran yang Fleksibel
25 Sep 2025
oleh Andriandi Daulay

Saat Prestasi Menjadi Mata Uang Baru di Kementerian Agama
25 Sep 2025
oleh Andriandi Daulay

Mengajar Cinta: Mengimajinasikan Kehidupan yang Terawat
09 Sep 2025
oleh Ahmad Inung

Keinginan yang Sesungguhnya Kita Inginkan
29 Aug 2025
oleh Ahmad Inung

Ekoteologi dalam Film Sore: Istri dari Masa Depan
25 Aug 2025
oleh Arbar Wijaya