Memuat...

BMBPSDM Kementerian Agama RI

Memuat halaman...

Layanan Disabilitas

Ukuran Teks

Kontras

Pembaca Teks

Opini

Langit Berbahasa, Langit Bercerita

Rabu, 22 Oktober 2025
Langit Berbahasa, Langit Bercerita
Jafar SH

(Untuk Hari Santri dan Para Penjaga Cahaya)

 

 

Puisi ini kutulis untukmu,

saudara-saudaraku yang menyalakan pagi dari dalam hati,

yang menimba ilmu dari sabar,

dan menegakkan cinta di tengah luka sejarah.

 

Langit berbahasa dalam diamnya,

awan-awan bercerita tentang para kiai

yang menanam doa di tanah luka,

yang menyiram bangsa ini dengan pengabdian.

 

Hujan pun turun bagai zikir panjang,

menyentuh bumi yang lelah,

mengalirkan air mata santri

yang belajar tentang arti merdeka tanpa amarah.

 

Pelangi menari di langit pesantren,

menjadi saksi bahwa perbedaan

bisa menjelma keindahan

jika disiram oleh keikhlasan.

 

Mentari terbit di ujung sajadah,

membangunkan dunia dengan hikmah,

menerangi wajah santri

yang menulis masa depan dengan huruf-huruf doa.

 

Lalu dari masa lalu terdengar suara,

lirih tapi tegas, lembut tapi dalam:

Kalau boleh, kutitipkan mimpi kami padamu, sahabat.

 

Masa depan yang tak sempat kami benahi,

karena kami terlalu sibuk mencari kebenaran bagi diri sendiri,

dan lupa pada kebenaran untuk sesama.

 

Kalau kamu sanggup,

tampunglah air mata mereka yang bergelimang susah,

karena kami dahulu terlalu sering berkeluh tentang hal-hal kecil.

 

Ceritakan padaku tentang matahari yang terbit pagi hari,

sebab kami terlalu lama mengutuki malam

hingga lupa bahwa cahaya itu selalu kembali.

 

Kami dulu ingin menjadi pembebas,

ingin menjadi pencerah,

namun kami terperangkap dalam kagum terhadap diri sendiri.

Kami bertengkar, kami lupa bersaudara.

Kini kami menitipkan mimpi itu padamu,

para santri, para penjaga nurani,

yang melangkah dengan ilmu,

yang berfikir luas tanpa kehilangan arah sujud.

 

Cepatlah ubah dunia sebelum dunia mengubahmu.

Sebelum marah menjadikanmu raksasa,

sebelum kecewa menjadikanmu kering.

Nyalakan sebanyak mungkin lilin,

agar jika suatu hari kau padam,

masih ada cahaya dari lilin-lilin lainnya.

 

Langit kembali berbahasa,

dengan warna aurora yang menari di ufuk jiwa.

Ia berkata,

inilah kisah yang tidak pernah selesai,

tentang ilmu yang menjadi cahaya,

tentang iman yang menjadi arah,

tentang persaudaraan yang tak lekang oleh waktu.

 

Dari nyalamu, sahabat,

akan kukenang cahayaku dulu.

Dari langkahmu,

akan kutahu bahwa mimpi kami tidak pernah benar benar usai.

 

Hari Santri, 22 Oktober 2025

 


Editor: Dewi Ayu Indah Diantiningrum

Fotografer: -