Opini
Mengapa Kita Perlu Cinta?
Penulis
 
            "What is hell? I maintain that it is the suffering of being unable to love" Fyodor Dostoevsky
Kata orang bijak, hidup adalah pilihan. Tuhan telah memberi anugerah kepada kita kapasitas untuk menimbang berbagai pilihan yang ada di depan kita. Dengan seluruh perangkat anugerah itu, Tuhan memberi kebebasan bagi kita untuk memilih.
Dalam hidup, pilihan yang ada tidak selalu hitam putih. Tak jarang pilihan yang tersedia penuh dengan dilema. Bahkan mungkin inilah yang sering tersedia. Kita dihadapkan pada situasi dilematis untuk menentukan sebuah pilihan. Kisah pasangan kekasih yang memilih bunuh diri adalah contoh pahit bagaimana dilema antara ketulusan cinta dan restu orang tua menyudutkan seseorang hingga tak ada ruang untuk membuat pilihan selain "memilih" mengakhiri hidupnya.
Kita bisa mendapatkan banyak kasus dilema dalam hidup ini. Di rumah, di kantor, di ruang pergaulan, hingga kasus-kasus besar skala global, seringkali pilihan yang pada akhirnya kita ambil bukan karena yang tidak kita pilih sepenuhnya buruk.
Orang bisa memandang kasus-kasus di atas dari berbagai sudut pandang. Namun, semua pasti setuju bahwa kita akan mengambil pilihan yang menguntungkan kita. Menguntungkan di sini tidak harus dipahami semata-mata keuntungan material. Menguntungkan yang saya maksud di sini adalah segala hal yang mendatangkan kebaikan sesuai dengan preferensi moral masing-masing orang. Bagi orang tertentu, keuntungan bisa berarti bertambahnya harta karena begitulah preferensi moralnya. Namun bagi orang lain, keuntungan bisa berarti ketenangan hidup sekalipun tanpa gelimang harta, ketenaran, dan kekuasaan.
Suka atau tak suka, dalam hidup, kita dipaksa untuk mengambil sebuah pilihan. Secara instingtif, orang akan menghindari pilihan yang akan membawanya pada kesengsaraan. Setiap orang. Yang membedakan masing-masing orang adalah basis moral yang menjadi referensinya, bukan pada keinginannya.
Maka, sebetulnya sia-sia nasihat yang melarang orang untuk masuk neraka. Setiap orang pasti tidak ingin masuk neraka. Yang membedakan adalah apa yang dianggap sebagai neraka dan jalan ke pintunya bisa berbeda masing-masing orang.
Tanyakan kepada sekelompok orang yang penuh semangat membubarkan acara retret para siswa sekolah di sebuah rumah singgah di Sukabumi beberapa waktu lalu. Saya yakin mereka digerakkan oleh keyakinan bahwa tindakannya itu akan mengantarkannya pada pintu surga.
Namun, bagi kita, bagaimana mungkin surga diraih dengan kebencian dan tindakan perusakan. Bagaimana mungkin Tuhan menyayangi manusia yang hatinya dipenuhi kedengkian. Di manakah ada ajaran Tuhan yang menyuruh manusia untuk membubarkan sekelompok anak-anak dan remaja yang sedang retret di masa libur sekolah?
Kita bisa berdebat secara moral, bahkan teologis. Mungkin kita akan kelelahan meladeni perdebatan ini. Jika ukuran kebenaran adalah hadiah surga dari Tuhan, kita harus mengalami kematian dan hari pembalasan dulu di akhirat nanti.
Lebih baik, mari ciptakan surga dalam kehidupan di atas bumi ini. Kehidupan surgawi adalah kehidupan yang dipenuhi rasa cinta pada orang lain. Hanya cinta yang bisa mengubah bumi menjadi taman eden yang memberi keindahan hidup pada semua orang.
Fyodor Dostoevsky dalam The Brothers Karamazov bertanya, "What is hell?" Dia tidak sedang bertanya tentang neraka akhirat. Dia sedang bertanya tentang kesadaran mendasar dalam hidup kita saat ini.
Menurut Dostoevsky, neraka adalah "the suffering of being unable to love.. Neraka adalah siksaan saat kita tak mampu untuk mencintai.
Orang yang tidak memiliki cinta dan tak sanggup mencintai orang lain adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan bara kebencian. Hati yang dipenuhi bara kebencian akan membakar apapun di sekelilingnya dan mengubah setiap lingkungan menjadi neraka.
Jika saat ini Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar, terus-menerus mendorong kurikulum cinta, itu karena hanya cinta yang menjamin surga bagi kita semua. Tanpa cinta, pendidikan hanya akan mempercanggih kebencian dan mengubah bumi menjadi lautan api neraka.
Editor: Rizki Dewi Ayu
Fotografer: -
Terkini
 
                                    Kepala BMBPSDM Tekankan Pentingnya Integritas dan Nilai Pengabdian dalam Pelatihan ASN
31 Oct 2025
Berita
 
                                    Santri Dituntut Jadi Inovator Digital: Transformasi Kitab Kuning Menjadi Konten Inspiratif
30 Oct 2025
Berita
 
                                    Indeks Literasi Kitab Suci 2025: Potret Layanan Keagamaan Berdampak
29 Oct 2025
Berita
 
                                    Data Jadi Basis Kebijakan, Skor Indeks Keberagamaan Mahasiswa PTKI 88,40
29 Oct 2025
Berita
 
                                    Apa Makna di Balik Transformasi Balai Litbang Agama?
29 Oct 2025
Berita
Opini Lainnya
 
                                Mengamalkan Iman, Melestarikan Lingkungan Menjaga Hubungan Harmonis Tuhan- Alam - Manusia (Tian 天 -Di 地 - Ren 人)
27 Oct 2025
 
                                Buku Ekoteologi: Mengamalkan Dharma, Menghidupkan Ecoreligiocultural
23 Oct 2025
 
                                Langit Berbahasa, Langit Bercerita
22 Oct 2025
oleh Jafar Shodiq
 
                                Apologet terhadap Narasi Tunggal tentang Pesantren: Melihat dari Sejarah Kaya Kyai, Santri, dan Tradisi Asrama di Indonesia
22 Oct 2025
 
                                Menyambut Buku Ekoteologi: Merangkul Spiritualitas Interbeing Manusia dan Alam
22 Oct 2025
oleh Dewi Ayu Indah Diantiningrum
